Metode Statistik Nonparametrik
Pengertian dan Perbedaan Statistik Parametrik dan Non parametric
By Aip Ripai
Dalam terminologi ilmu
statistika, statistik parametrik dan non parametrik merupakan dua hal yang
sering digunakan. Lantas apa perbedaan keduanya? Secara sederhana sebetulnya
antara statistik parametrik dan non parametrik mudah dibedakan dari istilahnya saja.
Statistik non parametrik adalah statistik yang ditidak mendasarkan pada
parameter-parameter statistik. apa itu parameter-parameter statistik? jika anda
melakukan penelitian, tentu anda melakukan pengukuran-pengukuran, nah
ukuran-ukuran tersebut diistilahkan dengan parameter. dalam statistik kita
mengenal mean, median, modus dan standar deviasi. itulah parameter-parameter
statistik. dalam statistik non parametrik, parameter tersebut tidak dijadikan
acuan. Mengapa? ketika kita menggunakan skala data nominal atau ordinal,
parameter-parameter tersebut menjadi tidak relevan. itu lebih kepada membuat
ranking pada data. selain itu, statistik non parametrik tidak mendasakan pada
distribusi data tertentu.
Penggunaan statistik non parametric
Statistik non parametrik
banyak digunakan pada kondisi di mana peneliti dihadapkan pada data yang berupa
ranking, misalnya data untuk menilai peringkat mana yang lebih penting diantara
beberapa atribut produk. Begitupun ketika hendak menganalisis data berupa data
nominal atau data dikotomus, misalnya kita hanya menggunakan skala 1 dan 2
untuk membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Parameter-parameter
statistik seperti rata-rata dan standar deviasi menjadi tidak relevan. Jika
kita paksakan untuk menggunakannya maka tentu rata-rata data hanya menyebar di
antara angka 1 dan 2.
Ketika peneliti
menggunakan skala ordinal dalam mengukur suatu variabel, statistik non
parametrik merupakan metode yang cocok untuk menganalisis data tersebut. Namun,
kebanyakan peneliti menggunakan statistik parametrik melalui penghitungan
parameter mean dan standar deviasi terlebih dahulu. Memang, dalam hal
interpretasi, statistik parametrik lebih mudah dipahami dibandingkan statistik
non parametrik. Kita tentu akan lebih mudah membaca rata-rata atau penyimpangan
suatu data dibandingkan ranking dari data itu sendiri. Alasan kemudahan membaca
hasil inilah yang sering dijadikan justifikasi untuk menghindari statistik non
parametrik.
Alasan kedua
penggunaan statistik non parametrik adalah ketika data peneliti dihadapkan pada
data yang tidak berdistribusi normal atau peneliti tidak memiliki cukup bukti
yang kuat data berasal dari distribusi data seperti apa. Kita sering dihadapkan
pada kondisi di mana data tidak berdistribusi normal, misalnya distribusi data
terlalu miring ke kiri atau ke kanan. Berbagai usaha dapat dilakukan dengan
mereduksi data outlier atau data ekstrim. Namun, jika hal tersebut tidak
merubah distribusi data menjadi terdistribusi normal, maka metode non
parametrik dapat dilakukan.
Contoh metode analisis non parametric
Kedua metode ini tentu
memiliki konsekuensi terhadap pendekatan analisis yang digunakan. Untuk
menganalisis pengaruh suatu variabel penyebab terhadap variabel respon,
biasanya kita menggunakan analisis regresi linier sederhana atau berganda.
Dalam metode non parametrik, metode tersebut tidak lagi relevan. Pendekatan
yang cocok adalah regresi non parametrik.
Begitu pun ketika kita
menganalisis hubungan antara dua variabel. Biasanya kita menggunakan analisis
korelasi Pearson Product Moment. Namun, dalam metode non parametrik analisis
korelasi lebih dikenal dengan korelasi Rank spearman. Teknik perhitungannya
berbeda. Dalam Rank spearman, kita terlebih dahulu membuat ranking dari data
yang akan dikorelasikan sementara dalam Pearson product moment tidak dilakukan.
Metode korelasi non parametrik populer lainnya adalah Kendall Tau.
Contoh kasus dan hasil analisis Uji
Binomial (Statistik Nonparametrik)
Kasus:
Misalnya kita ingin menyelidiki
apakah suatu metode diet baru merupakan metode yang efektif menurunkan berat
badan atau tidak. Dari beberapa wanita yang mengikuti metode diet tersebut
diambil 10 wanita sebagai data sampel. Data berat badan ke 10 wanita tersebut
sebelum dan sesudah diet adalah sebagai berikut:
Wanita
|
Sebelum
|
Sesudah
|
Tanda
|
1
|
58
|
60
|
-
|
2
|
60
|
54
|
+
|
3
|
61
|
58
|
+
|
4
|
69
|
62
|
+
|
5
|
64
|
58
|
+
|
6
|
62
|
59
|
+
|
7
|
56
|
54
|
+
|
8
|
63
|
60
|
+
|
9
|
68
|
62
|
+
|
10
|
59
|
58
|
+
|
Penyelesaian:
Hasil analisis dengan menggunakan software SPSS:
Binomial
Test
|
|||||||
Category
|
N
|
Observed
Prop.
|
Test
Prop.
|
Exact
Sig. (2-tailed)
|
|||
Berat_Badan
|
Group 1
|
Meningkat
|
1
|
.10
|
.50
|
.021
|
|
Group 2
|
Menurun
|
9
|
.90
|
||||
Total
|
10
|
1.00
|
Hipotesis
H 0 :
P1 = P2
(Berat
badan sampel sebelum dan sesudah diet adalah sama).
H 1 :
P1 ≠ P2
(Berat
badan sampel sesudah diet mengalami penurunan).
Taraf
signifikansi
alpha = 5 % = 0,05
Daerah
kritik
Menolak
H0 jika p-value < α
Keputusan
Karena
nilai p-value (0,021) < α (0.05), maka diputuskan bahwa H0 ditolak.
Kesimpulan
Berat
badan sampel sesudah diet mengalami penurunan.
Komentar
Posting Komentar